Sunday, December 14, 2008

Aroganisme Pamong Praja

Jika dulu pada masa pemerintahan Bapak Soeharto, yang memiliki sikap arogan adalah dari kalangan militer maka saat ini hal tersebut telah berbalik. Pada saat ini jika kita perhatikan yang memiliki sikap arogan adalah dari golongan sipil. Hal ini dapat dilihat dari adanya tindakan pemukulan yang menjurus kepenganiayaan yang dilakukan oleh satuan Satpol PP. Sementara pihak dari Kepolisian tidak memberikan tindakan keras seperti ini. mengapa hal ini bisa terjadi merupakan sesuatu hal yang patut untuk dipertanyakan. Apakah Pol. PP ini memang diberikan kebebasan untuk melakukan tindakan kekerasan terhadapa masyarakat? Atau apakah masyarakatnya sendiri yang takut terhadap Pol. PP ini? Rasanya tidak mungkin karena masyarakat kita telah berhasil menundukkan kelompok berkuasa Militer pada masa revolusi dulu. Jadi kemungkinan besar yang menjadi penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat kita akan hak dan wewenang yang mereka miliki. Untuk sudah saatnya untuk kita belajar menggunakan hak kita sebagai warganegara yang diatur dalam UUD.
HAM adalah milik mutlak manusia yang dimiliki secara hakiki dan tidak dapat diganggu gugat.

Friday, December 5, 2008

Barrack Obama

Popularitas Barrack Obama belum surut sebagai presiden Amerika pertama dari kulit hitam. Baru-baru ini di Paris, Perancis minuman bersoda dengan merek Obama lengkap dengan mottonya yakni “Believe we can Change in” baru saja diproduksi yang mana rencananya hasil dari pelelangan minuman ini akan disumbangkan kepada yayasan yang megurus kaum imigran yang kebanyakan berasal dari kaum kulit hitam dan Arab.

Friday, November 28, 2008

Hand Phone Dokter

Dodong baru saja sadar setelah menjalani operasi, dan dia melihat ada dua orang pasien lain yang berada di dekatnya. Dengan lega dia berkata: "Syukurlah, semuanya sudah berlalu…"

"Jangan terlalu yakin…" kata Ronggur yang tidur di sebelah kanan tempat tidurnya. "Kemarin mereka meninggalkan gunting di dalam perutku, dan aku harus menjalani pembedahan sekali lagi…!"

Margak yang berada di sebelah kiri tempat tidurnya menyela : "Kemarin dulu, aku juga mengalami pembedahan ulang karena mereka meninggalkan sebuah alat bedah di dalam perutku…"

Tepat pada saat itu, Dokter muncul di depan pintu dan berseru :

"Siapa yang melihat handphone saya?

Sunday, November 2, 2008

Ikan mas arsik : Simbol Pemberi Berkat Kehidupan

Mulai dari kelahiran, menikah hingga meninggal bagi orang Batak masing-masing memiliki prosesi yang wajib hukumnya untuk dilaksanakan. Pada prosesi ini ada pesan adat yang harus disampaikan. Dan dekke na niarsik atau ikan mas arsik adalah wujud nyatanya. Yakni sebuah hidangan khas Batak yang menjadi symbol berkat kehidupan.
Ikan mas yang diberikan haruslah dalam jumlah ganjil, satu,tiga,lima, tujuh. Masing-masing jumlah ini memiliki arti sesuai dengan ketentuan adat Batak, adapun arti dari jumlah ini adalah :
  • Satu ekor diperuntukkan bagi pasangan yang baru menikah
  • Tiga ekor bagi pasangan suami- istri yang mendapatkan anak
  • Lima ekor bagi orang tua yang sudah mempunyai cucu
  • Tujuh ekor diperuntukkan bagi pemimpin bangsa Batak saja. Dan jarang dipergunakan dikarenakan jumlah ini dianggap sudah melewati batas masa kehidupan seseorang.
Biasanya ketika anak lahir akan dilangsungkan selamatan sesuai adat Batak. Terutama jika yang lahir adalah anak pertama. Sesuai hukum adat Batak, pihak hula-hula (kelompok marga dari si ibu) harus menyediakan pasu-pasu yang dimanifestasikan dalam bentuk dekke na niarsik.
Tiga ekor ikan Mas yang diberikan melambangkan bahwa telah bertambah satu orang anggota dalam keluarga tersebut. Satu untuk si Bapak, satu bagi ibunya, dan satu lagi untuk anak yang baru lahir tersebut.

Bagi pasangan yang baru menikah, jumlah ikan yang diberikan orang tua sigadis hanya satu ekor ikan mas yang mana ini melambangkan harapan bahwa kedua orang yang mengikat diri dalam jalinan pernikahan tersebut telah menjadi satu. Ikan mas yang diberikan ini sekaligus melambangkan berkat berkat dari orang tua yang melepas si gadis karena ia telah menjadi bagian dari keluarga suaminya. Ikan mas yang diberikan adalah ikan betina yang bertelur. Hal ini diwajibkan bagi pasangan suami- istri yang baru menikah sebagai pertanda bahwa orang tua si perempuan berharap agar borunya (anak perempuan) dapat memiliki anak yang banyak.

Siapa sajakah yang berhak memberikan ikan mas arsik ini ? dalam hal ini yang dapat memberikan hanya kerabat dari pihak istri atau hula-hula saja yang boleh memberikan dekke na niarsik ini. Baik itu orang tua kandung, saudara laki-laki maupun komunitas marga dari pihak isteri. Pihak hula-hula selain orang tua kandung hanya boleh memberikan ikan mas arsik ini pada acara umum adat Batak. Misalnya, ketika menempati rumah baru, malua dan sebagainya.
Ihan Batak

Ikan mas dulunya bukanlah ikan yang digunakan dalam setiap upacara adat Batak. Melainkan ikan ihan yakni sejenis ikan jurung yang hanya hidup di Perairan Danau Toba kabupaten Toba Samosir yang berdekatan dengan kabupaten Tapanuli Utara. Penangkapan ikan ini tidak boleh sembarangan karena ikan ini dianggap suci dan hanya boleh ditangkap pada saat upacara adat Batak saja, karena itu dikenal istilah dekke Si Tiho (ikan suci).

Menurut pengamat budaya Batak, dekke si Tiho ini diberikan dengan harapan supaya orang yang menerima ikan ini dapat bersih baik hati maupun perilakunya. Ukuran ikan yang digunakan biasanya beragam, bergantung pada masing-masing orang. Dari siku hingga ujung jari tangan merupakan ukuran terpanjang ikan ini. Sementara ukuran terkecilnya yaitu satu setengah jengkal tangan manusia dewasa. Karena mulai langka, mak ikan ini diganti dengan ikan mas hingga saat ini. Selain lebih ekonomis, ikan mas juga mudah untuk dikembangbiakkan. Ikan ini memang harus selalu ada dalam upacara adat Batak.

Penyajian dekke na niarsik saat ini jauh berubah dari penyajiannya yang sebenarnya, jika dulu dekke ini disajikan dengan terlebih dahulu direndam dengan lalang yang telah dihaluskan guna menghilangkan bau amis dan lendir dari ikan tersebut, yang selanjutnya setelah perut ikan mas dibersihkan kemudian diisi dengan dengan aneka bumbu berupa bawang Batak, andaliman, mobe (asam Batak asli). Lalu direbus dengan air yang diberi garam hingga mongering. Berbeda dengan dekke na niarsik saat ini yang menggunakan kunyit agar berkuah dan berwarna.
Penyajian yang sarat makna

Penyajian dekke ini pada dasarnya tidak boleh sembarangan dikarenakan banyaknya makna yang terkandung didalamnya. Dekke yang akan disajikan haruslah tetap dalam kondisi utuh, mulai dari kepala hingga ekor. Sisiknyapun tidak boleh dibuang. Ini melambangkan gambaran utuh kehidupan manusia. Ikan tidak boleh dipotong-potong karena orang yang menerinya tidak akan memperoleh keturunan, memotong-motong ikan ini sama artinya dengan mengharapkan orang yang menerimanya tidak memperoleh keturunan. Selain itu dekke na niarsik ini harus disajikan dalam posisi berenang dengan kepala menghadap ke orang yang menerimanya. Bila jumlahnya lebih dari satu, maka semua ikan harus dibariskan sejajar. Dalam bahasa Batak disebut dekke si mundur, keluarga yang menerima ikan ini diharapkan dapat berjalan sejajar atau beriringan menuju arah dan tujuan yang sama. Sehingga bila ada permasalahan dan rintangan yang menghalangi dapat diselesaikan secara bersama oleh setiap anggota keluarga.


Dari : Berbagai Sumber